Cherrywood

M/M pair. Preferred ushioi. Don't read if you dislike. Read at own your risk. I'm just Express what's in my mind. Thanks in advance

L A N T A S

Narasi. 2


Pesanan gofud nya sudah sampai, sekarang Tooru sedang menunggu Ushijima di teras kos nya. Sekitar 5 menit kemudian, ushijima datang mengendarai motor ninja nya yang membuatnya semakin gagah. Sungguh dambaan setiap manusia.

Tooru segera membuka gerbang kos nya, agar motor ushijima bisa masuk.

“Makasih ru, kenapa nunggu di luar?” Tanya nya setelah turun dari motor nya. “Gapapa, lagian ga lama kok. Ayo masuk.”

Tooru jalan lebih dahulu, ushijima menyusul dibelakang nya, mengekor pada tooru.

“Ru, ada siapa?” Tanya teman kos tooru. “Oh teman ku ini mas hehe. Maap ya kalo ganggu.” Jawab tooru. “Loh inimah aku kenal ru, anak fis to?” “Nggeh mas” Jawab ushijima. “Yowes, aku meh angkringan sek yo ru.” “Iya mas. Hati-hati. Bawa kunci gerbang kan mas?” “Aman. Duluan yo.” “Nggeh mas, monggo.”

Tooru membuka pintu kamarnya, untuk pertama kali bagi ushijima melihat kamar laki-laki yang sangat rapi, estetik dan wangi. Masyaallah.

“Duduk dulu abang, aku ambil piring sama sendok dulu di dapur.” “Iya ru, makasih.”

Ushijima tengak tengok melihat sekeliling kamar kost tooru, di pojok kiri ada lemari pakaian, disamping lemari pakaian ada meja belajar yang Masyaallah sangat estetik dengan lampu warna ungu menyala seperti bayangan. Lalu di pojok kanan ada rak yang isinya buku buku dan kaset, yang ushijima asumsikan itu berisikan musik untuk tarian tooru. Dan poster poster grup kpop yang tertempel di tembok, ikut memeriahkan kamar ini.

“Assalamualaikum, ini piring dan sendok buat abang trus ini minum nya.” “Waalaikumsalam, makasih loh ini jadi ngerepotin.” “Gapapa aku seneng jadi ada temen hehe. Keiji masih kerja soalnya. Ayo abang makan.” “Oh iya, ini aku beli roti bakar buat kamu ru.” “Wahh, makasih abang.” “Hmm, yaudah yuk makan.”

Mereka makan dengan tenang, tak ada yang berbicara. Setelah selesai makan, ushijima berinisiatif untuk mencuci piring bekas makan mereka dan tooru membantu mengeringkan piring dan sendok nya.

Kembali ke kamar tooru. Ushijima mulai memuji betapa tertatanya kamar tooru.

“Ini kamar cowo ter-rapih yang pernah aku liat.” “Haha, aku gabisa liat yang berantakan bang. Jadi ya gini.” “Berarti kamu jangan main ke kos ku deh ru haha, kacau.” “Sekacau apasi haha?” “Kacau pokonya lah.” “Abang, ini aku makan boleh?” “Boleh Boleh makan aja ru, kan emang buat kamu.” “Hehe makasih.”

Tooru makan roti bakar pemberian ushijima dengan lahap, seakan perutnya terbuat dari karet.

“Makan yang bener ru, belepotan gitu.” “Eh hehe, makasih ini aku ada tisu ko. Abang gamau?” “Engga, buat kamu aja.” “Oiya, tadi ada urusan apa emangnya?” “Tadi ada orangtua maba yang protes anaknya dapet ukt tinggi. Ngadu ke kita trus ya kita urus dulu.” “Semoga bisa turun ya ukt nya, kasian juga sih.” “Iya, aku juga gapaham gimana prosedur penentuan golongan ukt, cuma bisa bantu kaya gini aja.” “Udah bagus abang.”

Hening lagi, entah apa yang sedang mereka lamunkan. Tooru masih sibuk mengunyah roti bakar pemberian ushijima. Sedangkan ushijima diam.

“Ru, aku mau pamit pulang ya?” “Loh cepet banget.” “Iya, gaenak kamu pasti mau tidur.” “Gapapa padahal.” “Yaudah aku pamit ya?” “Iyaa, yaudah abang istirahat yaa.” “Iya ru, tapi aku mau ngomong sesuatu dulu.” “Apa?” “Aku ada rasa sama kamu, kalo kamu bolehin aku mau merjuangin rasa ini.”

Tooru membeku. Dia tak tau ingin membalas apa dan hanya diam.

“Ru, aku pulang dulu. Gausah dianter. Itu ada yang buka gerbang. Makasih untuk hari ini.”

Masih diam, tiba-tiba ushijima mengelus kepala sampai wajah tooru.

Ushijima keluar kamar kos tooru menuju motornya, lalu pergi menjauh.

Tooru masih memproses ini semua. Orang yang dia temui secara random di bot kampusnya. Menyatakan perasaan nya padanya.

Tooru harus apa? Dia harus apa?

___

L A N T A S

Narasi. 1

___

Hari itu, hari sabtu dan Tooru memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampusnya untuk mencari bahan referensi untuk tugas nya.

Tooru sendirian, tak bersama Akaashi teman sekelas nya. Karena Akaashi sedang bekerja.

Setelah melewati pemeriksaan di perpustakaan dan menitipkan tasnya, tooru bergegas ke tempat favorit nya yang ada di perpustakaan itu, yaitu meja pojok dekat jendela.

Tapi, ketika tooru sampai disana, sudah ada orang yang menduduki tempat itu, dengan kecewa tooru duduk di tempat lain sambil menunggu tempat favorit nya kosong.

Sekitar 10 menit kemudian, orang tersebut mengemasi barang-barang nya dan pergi, tooru segera mengisi tempat itu. “Loh, ini pulpen nya mas mas tadi ya? Yaudah deh simpen disini aja dulu.”

Tak berapa lama, kegiatan tooru terganggu. “Maaf, liat pulpen gak ya tadi disini?” Tanyanya.

“Oh iya ini ya?” “Iya makasih ya ru.” “Hah?” “Ruru kan?” “Kok kenal?” “...” “Bentar, kamu ... abang? I mean.” “Iya ruru.” “Omg, gagah banget.” “Haha biasa aja ru. Ngapain disini?” “Aku lagi cari referensi, ih malu deh ketemu aku lagi kucel gini.” “Gapapa kali ru haha kaya sama siapa aja.” “Yakan ini first meet kita abang.” “Btw ru, kamu masih lama?” “Iya mungkin. Kenapa?” “Mau ngajak makan siang. Mumpung aku kosong.” “Yaudah yuk, laper juga aku.” “Hahaha beneran?” “Ya iya.” “Oke deh yuk.” “Abang, I wanna know about you more.” “You can ask.” “Kay.” “Ru, aku bawa motor, gapapa naik motor kan?” “Hah? Ya gapapa, jalan kaki juga gapapa.” “Sip deh yuk, kita ke soto seger.” “Panas panas soto.” Cicit tooru. “Eh, kamu mau makan apa emang ru?” “Hah? Aku manut abang aja.” “Kamu yg milih aja ru.” “Oke, nasi padang deket sd itu rekomen si.” “Kita kesana.”

Sepanjang jalan menuju rumah makan padang itu, jantung tooru berdebar tak karuan. Ini canggung tapi tooru senang. Begitu sampai disana, tempatnya terlihat ramai.

“Rame ru.” “Iya, mau di soto seger aja?” “Disini aja, itu kayanya udah tuh.” “Oke, maaf ya ternyata rame disini.” “Gapapa ru santai aja.”

Tiba-tiba ada yang memanggil ushijima. “Eh mas ushi, makan siang mas?” “Eh iya ni.” “Saya duluan ya mas.” “Yoo.”

Tooru hanya bisa menyimak pembicaraan antara ushijima dan kenalan nya.

Mereka akhirnya mendapatkan meja dan memesan nasi padang. “Katanya mau tau banyak ttg aku?” Tanya ushijima sambil menatap tooru. “Emm, nama kamu siapa sebenarnya?” “Ushijima Wakatoshi.” “Trus, ko jadi utsui.” “Itu nama kembaran ku.” “You have twins?” “Yes.” “Ok next questions. Kamu bukan anak sipil kan?” “Hmm, aku ilpol dan kita seangkatan.” “And you ketua bem fakultas kamu, right?” “Yes.” “Makanya kamu nutupin identitas asli mu, I see.” “Sorry, ga maksud bohong. Tapi yg kamu bilang bener.” “No no, it's okay. Aku ngerti. Yuk makan.”

Mereka akhirnya makan dengan tenang, sampai tiba-tiba tooru nyeletuk, “kamu aslinya lebih ganteng ya ternyata.” Sampe bikin ushijima sedikit kaget dan dia minum. “Biasa aja, aku ya emang gini. Justru kamu yang aku kira bakal bawel ternyata banyak diem.” “Ya karena ini first meet. Jaim dong.” “Hahaha iyadeh. Jangan jaim lagi sama aku ru.” “Ya besok mah engga bakal.” “Nanti mau pulang ke kos atau ke perpus lagi?” “Kos aja, udah minjem kan bukunya.” “Aku anter?” “Ok.” Tooru tanpa pikir panjang mengiyakan tawaran ushijima, membuat ushijima terkekeh. “Lucu ya kamu ru.” “Hah? Engga biasa aja.” “Yaudah abisin. Aku mau bayar.” “Ih nanti aja.” “Kenapa?” “Aku mau bayar punyaku sendiri.” “Iya pake uangku dulu.” “Ok.”

Setelah itu, ushijima kembali duduk di hadapan tooru yang masih makan. Sambil menunggu tooru, dia bermain dengan ponsel nya sampai tooru selesai makan.

“Yuk.” “Udah?” “Udah.” “Oke, yuk. Kos mu dimana?” “Gang manggis, tau?” “Tau, yuk aku anter.”

Mereka jalan ke kos tooru, butuh 10 menit untuk sampai kos tooru.

“Makasih ya abang, udah dianterin pulang. Tadi abis berapa makanan nya?” “Iya sama sama ruru, udah gausah diganti gapapa.” “Aku gamau punya utang abang, berapa tadi?” “Kalo mau bayar jangan pake uang.” “Trus?” “Nanti aja aku kasih tau. Udah sana masuk.” “Ish, yaudah. Sekali lagi makasih ya.” “Iya ru.” “Oiya, abis ini abang mau kemana?” “Mau ke kampus, ada yg mesti diurus di bem.” “Oke deh semangat, call me anytime when you need me, ok?” “Haha Oke.”

Tooru masuk ke dalam kos nya, ushijma pun menuju kampus.

Perasaan tooru sangat senang, tapi perasaan ushijima tak kalah senang, dia sangat bahagia ternyata ruru semenggemaskan itu.

La Familia Es Todo

CW / TW // mxm pair, mpreg, male lactation, anal penetration, kissing, not safe for work.


“Sayang, selamat ulang tahun.” Ucap Satoru sambil membawa kue ulang tahun.

Suguru meniup lilin di kue itu lalu mencium Satoru. Ini masih jam 3 pagi, dan Satoru menyiapkan ini. Suguru tersentuh.

“Terima kasih sayang.” “Semoga sayang semakin bahagia di tahun yang baru ini, semoga sayang makin cinta sama aku, semoga tahun ini kita nambah anak hehe, doaku yang terbaik untuk mu sayang. I love you.”

Suguru tak kuasa menahan tangis nya, tahun ini hanya Satoru dan anak-anak lah keluarga satu-satunya Suguru, karena orang tuanya sudah meninggal tahun kemarin.

“Makasih, makasih untuk menjadi suami yang pengertian, makasih udah sayang sama aku, makasih udah cinta sama aku, I love you.” “Sayang jangan nangis, ada aku. Kamu keinget ibu sama ayah kan? Udah cup cup nanti anak-anak bangun trus liat mama nya nangis, mereka ikut nangis loh.”

Suguru mengelap airmata nya, Satoru tersenyum dan mengusap pipi Suguru.

“Nanti siang ke makam yuk? Terus nanti malam kita dinner. Anak-anak titip ke Megumi.” “Hah? Megumi? Dia ga sibuk emang? Aku gaenak ah. Bawa aja anak-anak nya.” “Tadi aku udah bilang megumi, dia juga mau bawa pacarnya kamu tau? Gapapa yang ayolah, anak-anak juga pasti seneng kok dititip sama megumi.” “Tapi bilang dulu sama anak-anak mas, kalo mereka mau ikut mending dinner di rumah aja.” “Iya sayang nanti aku bilang anak-anak. Sekarang mau tidur lagi?” “Iya, ayo masih ngantuk, jam 5 aku bangun lagi.” “Aku cuti btw yang, gausah pagi pagi bangun nya.” “Ya gapapa, aku mau masak kan. Masak is my hobby mas, not her.” “Apaan si kamuuu, udah ah ayo tidur.”

Satoru membawa Suguru ke dalam dekapan nya, dan mereka tidur lagi.


Alarm berbunyi pertanda sudah jam 5 pagi, Suguru lantas bangun dari tidurnya, mencepol rambut panjang indah nya lalu berjalan menuju kamar mandi. Dia membiarkan Satoru tidur lebih lama.

Sebelum berjalan ke dapur, Suguru melihat ke kamar anak-anaknya, ternyata masih pada tidur, dia mengecup kening anak perempuan dan laki-laki nya. Mereka sangat imut, di usia mereka yang baru satu setengah tahun, mereka masih sangat membutuhkan kasih sayang nya. Apalagi si bungsu, dia sempat masuk inkubator karena berat badan nya yang kurang.

Baik Satoru maupun dirinya selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, Suguru bahkan merelakan dream job nya setelah melahirkan si kembar.

“Ayang.” Satoru memanggilnya. “Hmm? Udah bangun?” “Aku mau tidur disini. Biar mereka bangun gak nangis.” “Yaudah aku masak dulu ya mas?”

Satoru mengangguk, sebelum Suguru meninggalkan kamar anak-anaknya, dia sempat mencium pipi Satoru. Satoru lanjut tidur di samping anak perempuan nya.

Pukul 7.30 tepat, Suguru selesai masak dan bebersih. Sebenarnya dia sudah mendengar suara anak-anaknya bangun tapi sepertinya Satoru menahan anaknya untuk mengganggu dirinya.

“Good morning my sunshine.” Ucap Suguru ketika masuk kedalam kamar anak anaknya. “Maaa, mam.” “Kakak mau mam? Ayo sini mama gendong. Adek sama ayah ya nak.”

Pada akhirnya sang kakak makan dengan ayah nya, karena sang adik ingin menyusu kepada sang mama. Memang anak bungsu nya masih menyusu sampai sekarang. Sedangkan anak sulung nya sudah berhenti sejak usia 10 bulan.

“Kakak, ayo mandi sama mama sayang. Biar adek sama ayah.”

Suguru memang selalu begitu, anak perempuan nya selalu ia yang mandikan.

Setelah semuanya selesai mandi, Suguru memakaikan anaknya pakaian.

“Kakak, adek, nanti kita mau ke nenek. Kalian ikut kan?” “Hmmm hmmm maaaa.” “Pinter nya anak kuu.” “Ih adek, liat deh mereka pelukan kita ga diajak. Ih ih.” Ucap Satoru yang baru selesai memandikan Chio “Maaa.” “Iya sini sayang sinii uhh anak mama satu ini manjaaaa bangett.”


Mereka berempat sudah mengunjungi makam orangtua Suguru, Miko mengusap pipi mama nya karena Suguru sempat meneteskan airmatanya.

Mereka pulang karena Megumi bilang dia dan pacarnya sudah sampai di rumah keluarga Gojo.

“Mii mii.” Teriak Chio dan Miko begitu melihat Megumi. “Hai, Chio hai Miko.” “Salam kenal, saya Itadori Yuuji, teman Megumi.” “Ah temen apa temen?” Ucap Satoru jahil dan langsung di cubit oleh Suguru. “Iya, salam kenal juga Itadori, saya Geto Suguru ini suami saya Gojo Satoru, ini Chio ini Miko.”

Yuuji menangguk sambil tersenyum.

“Kakak sama adek, mau ya dititip sebentar sama kak megumi? Mama sama ayah mau pergi sebentar.”

Kedua anaknya acuh karena asik bermain. Lalu Suguru berjalan ke kamar anak-anak nya untuk mengambil tas berisikan perlengkapan anak-anaknya, mulai dari susu, popok, celana, baju, biskuit, dan memberikan nya kepada Megumi.

“Titip ya Gum, palingan kami cuma dua jam paling lama.” “Iya kak, tenang aja. Mereka anteng ko sama aku, apalagi ada Uji juga.” “Oke, nak sini mama cium dulu sayang.”

Suguru mencium kedua anaknya sembari berkata, “Kakak jagain adek nya ya? Adek juga jagain kakak, gaboleh berantem dan nyusahin kak Gumi. Oke sayang? Anak-anak mama paling pinter ya?”

Setelah itu, Suguru pergi bersama Satoru. “Aku takut adek rewel.” “Engga yang, tenang aja. Tadi aja pas kita pergi ga nangis kan.” “Iya si, semoga deh. Tapi jangan lama lama ya mas.”

Satoru mengangguk dan tersenyum lalu memegang tangan Suguru.


“Sayang, ini hadiah dari aku buat kamu. Maaf cuma bisa kasih ini.” “Omg ini cantik, aku suka. Makasih mas ayang.”

Satoru memberinya cincin berlian berwarna biru seperti mata Satoru. “Eits ada lagi. Ini.” “Oh my, ini mah idaman semua orang hehe. Thank you.”

Black card, Satoru memberi Suguru Black card.

“Ini bakal aku pake buat pendidikan anak-anak, dan kebutuhan mendesak. Aku janji gabakal hamburin uang ini.” “Hey, aku kasih kan untuk dipake sayang. Beli aja tas yang kemarin kamu mau pake uang itu. Suami mu ini bos loh, santai lah.” “Sombong amat, pokonya aku gamau beli kalo ga penting mah. Makasih ya Satoru sayang.” “Nanti malem aku dapet jatah dong hehe.” “Pamrih banget.” “Ayanggg ihh.” “Iya iya, kalo anak-anak ga rewel. Udah ah ayo pulang, kasian Megumi sama Yuuji.”


“Kami pulang.” “Maaa yahhhh.” “Uh uh anak mama, nakal engga nih mama tinggal?” “Engga kok kak, mereka engga nakal.” “Maaa jii.” “Kenapa nak?” “Yuuji katanya kak.” “Oalah, Miko seneng main sama kak Yuuji?” “Hmm Hmm.” “Eh udah pada makan belum?”

Yang ditanya malah lirik-lirikan. “Belum berarti nih. Ayo makan dulu yok, itu tadi kami beli ayam.” “Makasih kak.”

Megumi dan Yuuji makan dengan tenang, sementara Suguru sedang menyusui Chio dan Satoru sedang memberi makan Miko.

“Kakak ayah mau tanya dong.” “Hmm.” “Kalo kakak punya adek lagi mau gak?” “De? Hmm.” Jawabnya mengangguk. “Yess, AYANGG MIKO PENGEN PUNYA ADEK LAGI KATANYA YANG.” Satoru berteriak dan membuat Megumi dan Yuuji terkekeh.

Suguru datang dari kamar. “Berisik lho ih anaknya udah tidur itu. Kakak ayo siap-siap tidur nak, sikat gigi oke?”

Miko tersenyum menanggapi ucapan mama nya.

“Eum, pak Gojo dan kak Geto, kami izin pulang.” Ucap Megumi. “Oh iya, sebentar ya.” Ucap Suguru, dia masuk ke kamar nya lagi dan tak lama keluar dengan membawa bingkisan. “Ini, dibawa sekalian ya. Makasih loh udah mau direpotin. Hati-hati dijalan ya, jangan ngebut Gum.” “Iya kak, terima kasih. Mari kak mari pak.”


Sekarang mereka sudah berada di kamar hanya berdua. Anak-anak mereka sudah tidur di kamar dari 2 jam yang lalu.

“Yang, keberatan gak kalo sayang hamil lagi?” “Aku ga pernah keberatan masalah hamil, tapi kan Chio masih butuh asi ku yang. Aku kasian sama Chio kalo aku hamil dalam waktu dekat.”

Satoru memeluk Sugurunya, “Sabar yah? Mungkin nanti kalo anak-anak udah dua tahun atau tiga tahun. Tadi katanya mau jatah? Gajadi?” Ucap Suguru sambil mengelus surai Satoru yang ada di dadanya.

Satoru mendongak, menatap Suguru yang tersenyum. Seolah dipancing, Satoru bergerak untuk mencium bibir suami nya lembut tapi dalam, salurkan sensasi menggelitik di perut keduanya.

Tak puas dengan ciuman, Satoru membuka baju Suguru dan mendapati air susu yang masih menetes dari puting kirinya, Satoru langsung melahapnya seperti halnya anak-anak nya menyusu.

“Mhhmm, gigi kamuu yang sakit.”

Satoru melepaskan puting Suguru dan berpindah ke lubang Suguru, dia melebarkan kaki Suguru agar bisa menjilati lubang cantik yang sudah ia gagahi berkali-kali itu.

“Mmhhh aaahh yang.” Suguru hanya mampu mendesah dan mendesah. “Sayang I love you.” Dengan diucapkannya kata-kata itu, Satoru memasukkan kejantananya ke dalam lubang Suguru.

Suguru menahan desahan nya ketika Satoru memasukkan kejantananya pada lubangnya.

“Still so tight aahh.”

Suguru memang pandai bercinta, dia mampu memuaskan suaminya ketika di ranjang, walaupun sudah ratusan kali mereka bercinta, Suguru mampu memuaskan Satoru seolah lubangnya tak pernah melonggar.

“AAAAHHH.” Suguru refleks berteriak karena Satoru mengenai titik lemahnya. Dan berikutnya tumbukan Satoru menggila.

Suguru mendesah, dia hampir mencapai puncaknya dan Satoru yang terus menggenjotnya.

“Angghh yang, ayang aku mau keluar ayangg.” “Keluar aja. Aku bentar lagi keluar. Aku keluar di dalem sayang.” “Angghhh Satoruu nggghhh.” Suguru mengeluarkan putihnya.

Satoru masih terus menggenjot, menumbuk titik lemah Suguru dengan brutal. “Ayang, aku keluar agh ngghh.” Satoru mengeluarkan cairan nya di dalam Suguru, berharap suaminya bisa hamil lagi, walaupun Suguru bilang tak ingin hamil dalam waktu dekat.

Setelah pelepasan yang hebat itu, Suguru tak berdaya, perutnya hangat karena cairan Satoru. Satoru mengecup kening Suguru dengan sayang, menyingkirkan rambut dari kening Suguru.

“Makasih sayang, I love you. Mau mandi? Biar aku mandiin.” “Hmm, I love you too. Engga, aku mau lagi.” Ucap Suguru lalu dia bangkit dan mendorong Satoru. Suguru berada di atas Satoru.

Perlahan-lahan Suguru memasukkan kejantanan Satoru ke dalam lubang nya, Satoru hanya bisa menyaksikan pemandangan erotis ini.

Mereka baru selesai setelah pukul dua pagi, karena Miko menangis, mungkin mimpi buruk.

“Kakak mau mimi?” Tanya Suguru, tapi gelengan yang didapat. “Mau mam?” Lagi gelengan yg didapat. “Kakak mau naik mobil sama ayah?” Tanya Satoru baru anaknya mengangguk. “Yaudah mama ambilin jaket ya sayang, udah jangan nangis ya nak. Maaf mama gabisa ikut, kan mama jaga adek dirumah ya?”

Miko mengangguk, Suguru mengambilkan jaket Miko dan Satoru, juga mengambilnya gendongan untuk menggendong Miko.

“Jangan lama-lama ya mas. Keliling komplek aja, jangan kemana-mana tengah malem ini.” “Iya sayang, yaudah kami pergi dulu.”

Satoru kembali setelah 20 menit berkeliling komplek menggunakan mobil nya, Miko juga sudah kembali tertidur. Satoru dan Suguru tidur di kamar anak-anaknya.


Part. 55


“Udah siap semua?” Tanya ushijima memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

Oikawa mengecek lagi barang bawaannya, tangan nya ia letakkan di dagu, bibirnya mengerucut, dan terlihat berpikir. Sangat menggemaskan, membuat ushijima tersenyum.

“Hmm, udah engga ada.” Jawab oikawa, ushijima mengangguk lalu membawa barang bawaan ke dalam mobil.

Mereka tengah bersiap untuk pulang ke rumah di miyagi selama 1 bulan kedepan. Mereka akan menikmati liburan bersama disana. Namun ada yang menganggu pikiran ushijima. Dia khawatir dengan ibu nya dan nenek nya akan menjelekkan oikawa.

“Tooru, kamu gapapa ketemu mami nanti? Bukan cuma mami loh, tapi nenek juga.”

“Gapapa, emang kenapa? Aku kan udah lama ga ketemu mami, siapa tau mami udah suka sama aku. Dan soal nenek, bukan nya nenek gapapa sama kita?”

“Iya sih, tapi—”

“Shh, udah gapapa. Asal kamu di samping aku, aku gapapa, okay?” Oikawa memotong pembicaraan ushijima. Dan ushijima mengangguk mendengar itu lalu mencium kening oikawa.

“Yuk berangkat, biar sampe sana malem.” Ucap oikawa yang diiyakan oleh ushijima.

Mereka akhirnya berangkat pukul 14.00 waktu Jepang, membutuhkan waktu kurang lebih 9 jam untuk sampai di miyagi. Pada pukul 22.45 mereka sampai di pekarangan keluarga oikawa, disambut oleh mama oikawa yang langsung memeluk anaknya lalu memeluk ushijima juga.

Ushijima sangat dirangkul di keluarga oikawa, oleh karena itu dia akan merasa bersalah kepada oikawa karena mami nya tidak mau menerima oikawa. Dia akan berusaha agar mami nya mau menerima oikawa, tidak hanya asal menerima, tapi juga benar-benar menerima seperti perlakuan keluarga oikawa terhadap ushijima.

“Astaga anak-anak ku, selamat datang sayang.” Ucap mama oikawa ketika melihat anak dan kekasih anaknya, lalu memeluk mereka berdua.

“Mama, hiks. Kangen banget.” Oikawa sudah menangis dalam pelukan mama nya.

“Jangan nangis sayang, mama disini loh, cup cup. Toshi sini nak.” Mama oikawa mencium kepala ushijima, katanya “hadiah, karena udah jaga tooru.” Ushijima hanya tersenyum, jauh di dalam lubuk hatinya, dia terharu.

“Ayo masuk dulu yuk, kebetulan takeru lagi nginep disini.”

Mereka bertiga masuk, toshi membawa barang bawaan, mama dan oikawa membantunya. “Ini apa?” Tanya mama oikawa. “Untuk mami nya toshi.” Jawab oikawa, mama hanya menganggukkan kepalanya.

. Keesokan harinya, ushioi menuju rumah ushijima. Sebelum berangkat, ushijima memastikan lagi.

“Beneran mau kesana?”

“Ya beneran lah sayang, kenapa sih? Udah ah ayo.”

Setelah sampai di rumah ushijima, mereka disambut oleh pelayan disana.

“Mami mana?”

“Ada di kamar, tuan.”

“Sayabg, tunggu disini dulu ya. Mba tolong bikinin minum buat tooru.”

Ushijima menuju kamar mami nya, diketuk nya kamar itu tiga kali lalu dia memanggil mami nya.

“Mami.”

“Masuk.”

Ushijima lantas membuka pintu kamar mami nya.

“Mami, ada tooru juga. Mami bisa keluar sebentar temuin dia?” Tanya ushijima

“Kamu ini kan baru dateng, dipeluk dulu lah Mami nya.”

Ushijima memeluk wanita paruh baya itu.

“Dimana dia?” Tanya mami nya.

“Mi, plis. Jangan kasar ya sama tooru, aku mohon. Dia baik banget mi, keluarga nya juga baik banget sama aku. Aku mohon.”

“Mami tanya, dimana dia?”

“Ruang tengah.”

Maminya keluar dari kamar nya, dan menuju ruang tengah. Ushijima pasrah jika nanti mami nya sarkas kepada tooru. Dia berjalan keluar dari kamar mami nya dan melihat maminya sedang memeluk oikawa.

Dia tercengang, ko bisa? Apa ini?

“Mami ... tooru ...” ucap nya tergagap.

“Sini, jadi mami udah nerima tooru, waktu itu mami nonton pertandingan nya tooru, cara dia ngetreat teman-teman se tim nya, bikin mami yakin kalo dia orang baik. Dan lagi dia murah senyum tak seperti mu.”

“Jadi, kalian ngeprank aku? Terus kemarin kamu nangis itu karena apa?”

“Maaf hihi, kemarin aku nangis karena mami ngechat aku, bilang kalo dia nerima aku. Aku seneng sampe nangis.” Jelas oikawa.

“Astaga, astaga astaga.” Mata ushijima berkaca-kaca. Oikawa menghampiri ushijima.

“Utututu ayang jangan nangis.” Lalu dipeluk lah ushijima

“Aduh udah udah, ayo kita makan aja. Belum pada makan kan?”

Keduanya menggeleng dan makan sembari bercerita tentang bagaimana awal mula pertemuan mereka dan hari hari mereka menjalani hubungan jarak jauh.

“Astaga, mami menyesal tidak menerima mu dari dulu tooru.”

“Gapapa mami, aku udah bersyukur akhirnya mami menerima aku sebagai kekasih toshi. Makasih mami, makasih banyak.”

“Ya tuhan, ibu ku akhirnya menerima kekasih ku. Terima kasih tuhan.”

Semua nya tertawa mendengar ucapan ushijima.


End.

Me after you resmi selesai.

Terima kasih untuk readers yang menyempatkan baca ini.

Part. 50


Ketika ushijima sampai di kantin khusus atlet dan para official, dia menemukan oikawa yang tengah menangis ditemani teman satu tim nya, tanpa basa-basi ushijima bergegas dan memeluk oikawa.

“Sayang, maafin mami ya. Nanti aku ngomong sama mami. Sayang udah jangan nangis lagi, tooru.”

Oikawa masih menangis sesegukan di pelukan ushijima, ushijima bertanya pada teman oikawa “sudah berapa lama dia menangis?” Dan teman oikawa pun menjawab dengan mengangkat jari 2 dan 0 artinya 20 menit. Ushijima melebarkan matanya, oikawa sudah menangis lama sekali.

“Tooru, tooru hey sayang. Lihat aku, sayang aku akan selalu sama kamu, selamanya, jangan dengerin mami ya sayang, udah jangan nangis lagi, makan ramen yuk? Mau gak? Udah sayang jangan nangis lagi, kita seneng seneng aja yuk, terserah sayang maunya kemana, aku turutin. Asal udah berenti nangis nya ya sayang.”

Ushijima mengucapkan kata-kata penenang, agar oikawa berhenti menangis. “Mana bisa aku ga dengerin mami kamu huuuhuu.” Oikawa menangis lagi, matanya sudah sembab sekali dan wajahnya merah total.

Teman oikawa pun sudah pergi, dan sesekali mereka menjadi pusat perhatian orang-orang disana. “Mami ngomong apa sama kamu? Aku bilang ayah ya, supaya ayah bilangin mami.”

“Kamu tanya aja sama mami.” Jawab oikawa, tangisnya sudah reda.

“Mami gamau jawab, malah kita disuruh ke sana bawa kamu. Aku gamau. Nanti mereka jahatin kamu.”

“Kalo itu mau mami, ayo kesana.” Ada sedikit senyum di wajah oikawa ketika mengucapkan itu.

“Kamu yakin.” Tanya ushijima, dan oikawa mengangguk.

“Anterin aku ke kamar.”

“Aku tidur kamar kamu aja boleh gak? Aku khawatir baby ku ini nangis lagi. Liat nih matanya kaya sembab banget sayang.”

“Iya, kamu tidur kamar ku aja. Mau bobo sambil peluk.”

“Itu aja? Gamau yang lain?”

“Emang bisa? Nanti kasurnya ambruk.”

“Haha, yaudah peluk aja sama cium, no fuck.”

Mereka akhirnya pergi menuju kamar oikawa dengan bergandengan tangan.


Tbc

Part. 41


“Udah, jangan hp an terus. Biarin aja mereka mau ngomong apa, makan lagi nih.” Ucap ushijima.

“Hmm, aku cuma lucu aja haha berasa artis ya kita, apa apa dikomen.”

“Gausah dipikirin ya? Fokus aja sama pertandingan nanti. Kalo ada yang macem-macem sama kamu, aku yang handle.”

“Uhhh, pacar siapa si ini? Iya sayang iyaaa. Lagian yang begitu mah hiburan buat aku.”

Mereka pun, melanjutkan makan nya yang tertunda, sambil bercerita, melemparkan candaan, saling menyemamgati untuk pertandingan masing-masing dan membicarakan rencana liburan mereka setelah semua perhelatan olympic telah usai.

“Udah yuk, aku ngantuk.”

“Oke, punya coach jose udah di pesen?”

“Udah, nih.”

“Yaudah yuk.”

Mereka keluar restoran ramen tersebut, mereka berdua saling bergandengan tangan, menikmati sisa waktu sebelum sibuk dengan pertandingan masing-masing.

Ketika sampai di athletes villages Olympic, ushijima mengantar oikawa terlebih dahulu, memastikan cintanya sampai dengan selamat, baru dia sendiri pergi ke asrama nya.

Mulai besok sampai acara ini selesai mereka dipastikan akan jarang berkomunikasi, karena harus fokus dengan pertandingan nanti. Tapi, mereka tak masalah dengan itu, toh mereka akan liburan setelah ini.


Tbc

Part. 31

Sesi tanya jawab


“Ya jadi gitu cerita nya.” Ucap oikawa mengakhiri sesi Flashback nya. Ushijima menggenggam tangan nya.

“Tapi kalian pernah gasi berantem gitu?” Tanya atsumu penasaran.

“Pernah ya yang, gara-gara waktu itu gue minum sama temen temen gue disana, gue lupa ngabarin toshi, terus pas pagi-pagi dia nelfon gue, tapi yang angkat bukan gue, tapi temen gue. Toshi cemburu lah, dikira gue selingkuh, terus ya kita berantem, hampir putus, gue udah nyerah, tapi dia nemuin gue ke Argentina dan kita baikan.” Jelas oikawa.

“Tapi waktu itu aku kebawa emosi sih yang, aku khawatir kamu kenapa-napa, kamu tuh kalo udah hungover suka aneh aneh, ya aku khawatir lah.” Sambung ushijima, oikawa tersenyum.

“Ih enak banget, emangnya si omi noh. Kalo gue ngambek, dia malah diemin gue.” Ucap atsumu.

“Gue lagi aja yang kena, lagian kamu kan kalo ngambek susah jinak nya. Yaudah aku diem aja.” Balas sakusa

“Ya kamu usaha lah, ngapain kek, salto kek, beliin makanan kesukaan aku gitu. Gada usahanya banget jadi pacar.” Sakusa dan atsumu berdebat konyol, tapi akhirnya mereka pelukan juga, emang dasarnya bulol mah susah.

“Dih gajelas banget sakuatsu abis berantem malah mojok.” Julid suna.

“Oikawa-san aku mau tanya, bang ushi di publik sama bang ushi di privat sama gak sih?” Tanya shoyo.

“Beda, beda bangett haha.” Oikawa tertawa terbahak bahak. “Sayang.” Ushijima memelas, minta oikawa jangan ceritain.

“Aku harus ceritain ini yang haha, nih ya gue kasih tau. Toshi tuh kalo udah di rumah, cuma berdua sama gue doang, itu manja nya melebihi Simon, anjing nya toshi. Kalo sama gue tuh toshi lebih ekspresif, banyak senyum, ga muka tembok haha. Awalnya gue juga kaya wow ternyata bisa senyum juga ni orang, tapi sekarang ya udah terbiasa. Dan gue seneng dia senyum gitu buat gue, keluarga gue, keluarga nya doang.” Jelas oikawa.

“Emang dasarnya bulol.” Sahut aran.

“Gua sekali-kalinya liat bang ushi senyum, waktu itu liat dia lagi telponan sama lu ka.” Ucap korai. Oikawa tersenyum bangga.

“Halah, yang bulol tuh ga cuma ushi, tapi oikawa nya juga bulol. Lo pada inget gak? Waktu ushi demam bulan kemaren. Itu gua kabarin oikawa, lo tau apa reaksinya? Oikawa ini nangis sesegukan seakan ushijima meninggal, dia bilang mau nyusul kesini tapi gabisa.” Iwaizumi menambahi.

“Ya namanya juga panik, gue takut toshi meninggal. Gue sayang banget sana toshi.” Oikawa memeluk lengan ushijima, ushijima mencium kening oikawa.

“Hadeh iritasi gue, ayo kom kita maen ludo aja.” Ucal yaku.

“Halo, para uncle. Miko abis mandi nih.” Tiba-tiba suara mao terdengar, dia membawa iwaizumi miko, dan memberikan nya kepada iwaizumi.

“Aku mau bikin makan dulu. Titip miko ya yah.”

“Iya sayang. Kamu santai aja masak ya. Jangan capek capek, kita bisa delivery.” Ucap iwaizumi, mao hanya mengangguk.

“MIKOO, HEY HEY HEY.” Teriak bokuto yang baru selesai telponan sama akaashi.

Semua orang berebut untuk menggendong miko, namun iwaizumi berhasil menengahi mereka yang seperti setan. “Udah gausah ada yang gendong anak gue, anak gue bisa jalan, biar terbiasa.” Akhirnya mereka bermain voli menggunakan bola milik miko.

“Sepertinya, miko menyukai voli.” Ucap ushijima tiba-tiba.

Iwaizumi mendengar itu, “gimanapun juga, jiwa voli nya udah mengalir, bini gue dulu maen voli, gue pelatih voli, sekitar dia pemain voli, ya wajar lah.” Ushijima mengangguk mendengar itu.

“Iwa-chan, miko harus jadi setter. Liat dia udah bisa ngetoss.” Teriak oikawa, yang dibalas kekehan dari ushijima.

Setelah itu, mereka makan malam, dengan damai di rumah iwaizumi. Setelah makan malam itu, satu persatu dari mereka mulai meninggalkan kediaman iwaizumi, tak terkecuali oikawa dan ushijima.

“Iwa-chan, mao-chan. Kita pamit ya. Oh iya kelupaan, ini ada oleh-oleh buat kalian, semoga suka ya.”

“Eh, makasih oikawa-kun, jadi repot begini.”

“Lo, kapan ke dorm?”

“Malam ini ko, udah siap siap juga tuh di mobil barang-barang gue.”

“Saya juga malam ini tidur di dorm iwaizumi.”

“Oh yaudah, hati-hati ya. Sampai jumpa di pertandingan.”

“Siap-siap gue kalahin haha.”

“Lo juga siap siap, awas jangan nangis.”

“Biarin, tinggal minta peluk toshi.”

“Bulol.”

“Yaudah, kami pamit dulu iwaizumi-san.”

Ushijima mengantarkan oikawa ke dorm nya, pelukan sampai jumpa, ucapan sampai jumpa, izin bahwa akan jarang bercakap karena latihan mereka utarakan.

“Yaudah sana masuk, coach jose udah nunggu tuh.”

“Hmm, babay toshi sayang. I love you.”

“I love you too sayang, jaga kesehatan ya.”

Oikawa masuk ke dalam dorm nya, di sambut oleh pelatih nya. Oikawa melambai ke arah ushijima. Ushijima pun tancapkan gas nya an melaju meninggalkan area dorm oikawa dan menuju dorm nya.

Sebenarnya nanti mereka akan pindah lagi ke wisma khusus atlet, dan semua atlet akan berada di komplek yang sama. Jadi masih bisa bertemu mungkin pada pagi atau malam hari.


Tbc

Part. 28


Oikawa terbangun setelah mendengar suara notifikasi di ponsel nya yang terus berdatangan, mengganggu waktu tidur siang nya. Dia melepaskan pelukan ushijima dan beranjak untuk mengambil ponsel nya yang ada di atas nakas.

“Siapa sih ih ganggu aja. ASTAGA, LUPA. TOSHI, WAKATOSHI, BANGUNNNNN.” Ucap oikawa, panik karena melihat pesan dari iwaizumi dan langsung membangunkan ushijima.

Ushijima akhirnya terbangun. “Ada apa si yang?” Tanya nya. “Kita kan mau ke rumah iwa-chan, ayo cepetan siap siap.” Ushijima memeriksa ponselnya, dan benar saja, grup sudah ribut menanyakan dirinya akan datang atau tidak.

“Iya jadi, maaf ya saya sama tooru baru bangun tidur.” Begitulah balasan ushijima di grupnya, lalu dia bersiap untuk mengunjungi rumah pelatih dan sahabatnya itu, begitupun dengan oikawa.

Mereka akhirnya sudah berada di mobil, setelah oikawa mengomel panjang karena dia lupa dimana dia taro oleh-oleh buat iwaizumi dan keluarga, beserta teman-teman nya, tapi gapapa walaupun oikawa suka pengomelan, ushijima tetep cinta mati sama oikawa.

Setelah 30 menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di pekarangan rumah iwaizumi, terlihat jejeran mobil mewah, udah dipastikan bahwa itu punya teman-teman mereka. Ushijima melihat ada kageyama yang baru datang juga bersama hinata.

“Hey, shoyooo.” Oikawa memanggil hinata dan berlari menghampiri si surai orange itu lalu memeluknya.

“Ahh, oikawa-sann.” Mereka berpelukan.

Sedangkan ushijima dan kageyama hanya bisa geleng kepala. “Saya kira, kamu udah sampe daritadi, kageyama.” Tanya ushijima. “Emang udah sampe daritadi, tapi hinata pengen beli jajanan, jadi ke supermarket bentar.” Jawab kageyama, ushijima hanya mengangguk. “Tooru, ayo masuk.”

Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah iwaizumi yang sudah ramai itu. “Ini dia artis kita, oikawaaa toruuuuu.” Sambut atsumu, membuat semua orang disana tertawa.

“Ye, alay banget lu tsum. Eh miko mana?” Ucap oikawa.

“Halo para uncle. Miko abis bobo nih” Ucap mao, istri iwaizumi dari dakam kamar.

Mereka semua langsung ribut dan berebut menggendong miko, namun karena miko baru bangun tidur dan masih mengembalikan kesadaran, miko menangis karena berisik. Semua nya jadi panik karena miko nangis, iwaizumi bilang ke teman-temannya mereka ngobrok di halaman belakang aja, yang lebih luas.

“Oikawa-san cerita dong awalnya gimana bisa pacaran sama bang ushi, ya karena kan yang kita tau kalian musuhan banget.” Tanya hinata, yang langsung disetujui oleh orang-orang disana.

“Tooru doang yang musuhin saya dulu, saya mah sayang dari dulu.” Ucap ushijima, langsung mendapat kan cie cie dari teman-temannya, sedangkan oikawa malu.

“Gimana yang, aku atau kamu yang cerita?” Tanya ushijima kepada oikawa.

“Gantian aja, kamu dulu.” Jawab oikawa

“Loh emang beda?” Tanya atsumu.

“Beda tsum, toshi lebih dulu suka sama gue, ya biasalah orang ganteng mah kan banyak yang suka.” Ucap oikawa narsis.

“Idih najis bgt lu. Udah buru cerita dah.”


Tbc

Part. 30

Flashback 2. Oikawa pov


Rasanya kalah sangat menyebalkan, dan aku sangat benci kekalahan. Termasuk orang yang membuatku kalah, Ushijima Wakatoshi.

Aku oikawa tooru, aku bisa bilang wajahku tampan, itu fakta.

Pertama kali aku bertemu dengan nya, di pertandingan voli smp. Disana tim ku mencapai final, namun dikalahkan dengan telak oleh tim ushijima. Shiratorizawa.

Saat itu, aku sangat benci cara dia menatapku seolah meremehkan ku, cih menyebalkan. Itu terjadi sampai tahun tahu berikutnya bahkan ketika aku sudah masuk sma. Dia terus saja mengalahkan ku, dan parahnya lagi, dia selalu mengajak ku untuk pindah ke sekolah nya. Cih, aku lelah menghadapi sikap nya yang menyebalkan itu.

“Kalo besok ga sibuk, bisakah kamu menonton pertandingan ku melawan karasuno?”

Dia bertanya padaku, aku dengar tapi aku mengabaikan nya. Terserah dia mau apa, aku tak peduli. Tapi, itu adalah aku ketika siang, berbeda dengan aku ketika malam datang, aku terus kepikiran, haruskah aku datang ke pertandingan final besok? Tapi kalo aku datang, ushiwaka akan mengira aku menuruti perkataannya.

“Halo, iwa-chan, besok temenin aku yuk.” Aku akhirnya menelpon iwaizumi, sahabatku.

“Kemana?”

“Nonton pertandingan final, karasuno vs shiratorizawa.”

“Tumben amat.”

“Ish yaudah kalo gamau, aku berangkat sendiri aja, bye.”

Aku menutup sambungan telpon, aku kesal pada iwa-chan, pasti dia sedang mentertawakan aku. Yaudah deh besok nyamar aja pake kacamata, pikir ku.

Akhirnya aku menonton pertandingan itu juga, sangat mendebarkan, aku tak perduli sih siapa yang menang, tapi pertandingan ini memang sangat menarik. Dan akhirnya, untuk pertama kali nya, shiratorizawa kalah. Akhirnya, aku senang sekali haha, sebutlah aku jahat, tapi inilah aku.

Oh iya, iwa-chan juga ternyata datang, ternyata dia datang karena gebetan nya anak karasuno juga datang menonton. Setelah pertandingan selesai, aku melihat ushiwaka sedang menelpon, aku tunggu dia selesai menelpon, lalu aku mengejeknya.

“Hei, ushiwaka. Sekarang kau mengerti kan? Rasanya dikalahkan. Cih, jangan sok kuat kau. Selamat atas kekalahan mu.”

Aku bilang begitu, dia hanya terdiam lalu aku pergi. Setelah itu kami tak pernah bertemu lagi sampai aku berangkat ke Argentina. Sepertinya dia tak tau aku akan berangkat ke Argentina.

Setelah aku di Argentina, aku melihat dia bergabung dengan club voli profesional sweidan adlers, cih sombong sekali wajah nya, entah lah aku selalu merasa kesal melihat nya, sepertinya bahkan dia hanya bernafas pun aku kesal.

Suatu ketika aku sedang bersantai di kamar kos ku, tiba-tiba ada pesan masuk ke ponsel ku, aku tak kenal nomor siapa itu, awalnya aku mengira mungkin salah sambung, tapi ternyata itu nomor ushiwaka, aku tanggapi dengan ketus, tapi dia sangat mengganggu, bilang bahwa aku harusnya di Jepang saja bla bla bla, dan aku block nomornya.

Aku kira masalah akan selesai, ternyata iwa-chan yang gantian membom ku dengan chat nya, bilang bahwa aku harus membuka blokiran ku terhadap ushiwaka, dia bilang bahwa ayah ushiwaka banyak membantu nya selama penelitian, aku tidak bisa tak menurut pada iwa-chan, jadi aku membuka blokirnya dan aku mengancam akan memblokir lagi jika dia mengirim hal hal menyebalkan lagi. Dan saat itu, dia normal.

Satu bulan setelah itu, aku merasa bahwa aku sangat lelah dengan semua ini, aku ingin menyerah, dan ketika semua terjadi, entah kenapa nama ushiwaka yang muncul di pikiran ku, tanpa pikir panjang aku menelepon nomor itu, aku bercerita pada ushiwaka semuanya, dan dia bilang juga bahwa aku tidak boleh menyerah, ini mimpiku, jangan menyerah pada mimpiku walaupun itu berat.

Dia juga bilang, dia akan menemuiku, aku kira itu omong kosong, tapi keesokan harinya di tengah malam, aku bisa melihat dia, ushiwaka, musuhku selama sekolah, sekarang ada si hadapan ku, tersenyum padaku, aku tersentuh akan tindakan nya. Aku lantas memeluk nya, menangis sejadi-jadinya.

Dan setelah itu, hubungan kami semakin dekat, ushiwaka menyatakan perasaan nya padaku, tanpa pikir panjang aku menerima nya, karena aku juga sudah jatuh dalam pesona ushijima wakatoshi.

Aku juga berharap, semoga hubungan kami bisa menuju ke jenjang yang serius, Argentina negara yang membolehkan pernikahan sesama gender, aku tidak perlu khawatir tentang itu, aku juga yakin toshi setuju. Doakan yang terbaik untuk kami.


Flashback end.

Part. 29

Flashback 1. Ushijima pov


“Ugh, sebentar lagi bu.” Aku meracau karena tidur ku terganggu.

“Katanya mau nonton pertandingan ayah?” Ucap ibuku, dan aku langsung terbangun mendengar nya. Ah, benar juga, aku lupa ayah ada pertandingan.

“Kalau begitu, aku akan mandi bu. Tolong siapkan bajuku.” Ucapku sambil bergegas menuju kamar mandi. Aku lihat ibuku hanya menggelengkan kepala sambil senyum.

Selama di kamar mandi, aku sangat senang karena bisa menonton pertandingan ayah secara langsung, karena pertandingan hari ini akan digelar di sendai stadium. Dekat dengan dengan rumah kami. Kata ayah, mereka akan melawan tim Argentina. Aku tidak tau Argentina itu dimana, kata ayah itu sangat jauh.

Setelah selesai mandi, aku memakai baju yang disiapkan ibuku lalu aku sarapan. “Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke sendai.” Ucap ibuku, aku menatap nya. “Aku ingin melihat mereka latihan, dan meminta tanda tangan mereka satu-persatu.” Jawab ku, ibuku hanya tersenyum.

Ah, aku belum mengenalkan siapa aku. Perkenalkan aku Wakatoshi, umur ku 11 tahun, aku kelas 5 sekolah dasar. Ayah ku pemain voli, ibuku ibu rumah tangga. Aku tidak mempunyai adik ataupun kakak. Ayah ku sering mengajari aku cara bermain voli, aku jadi suka bermain voli, dan berharap bisa menjadi seperti ayah. Cukup perkenalan ku, terima kasih.

“Bu, sudah ayo kita berangkat. Kalau ibu sibuk, ibu bisa mengantarkan ku saja tanpa harus menungguku.”

“Iya, ibu akan mengantar kamu aja ya nak, ibu mau ke rumah nenek.” Aku mengangguk mendengar ucapan ibu.

Ibuku mengantarkan aku sampai depan stadium, disana masih sepi, hanya ada beberapa orang dan wartawan disana. “Masuk lah, dan temui ayahmu, ibu sudah memberi pesan kepada nya. Ibu akan menunggu disini sampai kau bertemu ayahmu.” Ucap ibuku, aku mengangguk dan berjalan masuk, aku melihat ayahku disana, dan aku menoleh kebelakang untuk melihat ibu, ibu menganggukkan kepalanya dan memasuki mobil lalu pergi.

“Ayah, aku mau lihat kalian latihan dan aku ingin meminta tanda tangan pemain Jepang dan argina.”

“Haha, Argentina sayang bukan argina. Yasudah ayo.”

“Ah iya maksudku Argentina.”

Ayah membawaku ke dalam ruang ganti tim Jepang, aku dapat melihat mereka sedang bersiap untuk pertandingan, dan aku meminta tanda tangan mereka satu persatu, termasuk pelatih nya. Mereka semua mentertawakan aku. Aku pikir apa yang lucu, bukan kah ini biasa.

Lalu ayah membawa ku ke ruang ganti Argentina, ayah menjelaskan bahwa aku ingin meminta tabda tangan mereka, untung saja mereka mau. Lalu aku meminta tanda tangan mereka satu persatu, termasuk pelatihnya. Setelah mendapatkan tanda tangan mereka, aku membungkuk dan mengucapkan terima kasih.

Saat aku melihat mereka latihan, aku terpukau pukulan mereka yang luar biasa. Aku ingin menjadi seperti mereka. Pertandingan pun dimulai, aku melihat 2 bocah yang sepertinya seumuran dengan ku sangat heboh menonton pertandingan ini, apalagi bocah dengan rambut coklat, tapi aku terpana melihat nya.

Sepanjang pertandingan aku tidak fokus melihat pertandingan nya, fokus ku hanya pada bocah berambut coklat itu, entah mengapa jantung berdetak sangat cepat. Aku tidak mengerti perasaan apa ini. Sampai akhirnya pertandingan pun selesai dan ayahku memanggilku.

“Wakatoshi, ayo. Kenapa diam begitu?” Ucap ayahku, aku melihat ke arah lain, ke arah bocah surai coklat tadi yang terlihat ingin meminta tanda tangan dari pemain Argentina, tadinya aku ingin memberi kan kertas ku padanya, namun ayah menyuruhku untuk cepat. Sampai bertemu lagi bocah coklat.

5 bulan setelah pertandingan itu, ayahku mengalami cedera, yang mengharuskan dia berhenti dari karirnya menjadi atlet voli, ayah dan ibuku sering bertengkar, entahlah aku tidak terlalu mengerti, sampai suatu hari nenek datang ke rumah kami dan berbicara dengan ayah dan ibu, aku hanya menggambar.

Nenek tidak suka dengan ku yang kidal, nenek bilang itu tidak baik, tapi aku menganggap ini istimewa, sampai akhirnya ayah bilang padaku bahwa dia akan pergi ke luar negeri, dan aku harus disini bersama ibu.


Sekarang aku sudah smp, aku masuk ke sekolah yang sama dengan ayahku, yaitu shiratorizawa. Disini aku mengikuti ekskul voli, aku bermain untuk posisi wing spiker. Aku berlatih bersama tim ku, karena akan ada pertandingan antar smp di distrik ku untuk kualifikasi menuju tingkat nasional. Aku sangat bersemangat.

Aku melihat keseluruhan tim, dan aku terpana melihat barisan sekolah dengan papan nama “kitagawa daichi” itu dia, si bocah coklat, iya itu dia, aku tidak salah, itu dia, aku menemukan nya. Wajahnya imut sekali, dia juga bersama teman nya dulu. Aku tidak punya teman disini untuk ku ajak berbagi cerita, jadi aku pendam sama perasaan ku ini.

Sekolahku melawan sekolah nya pada pertandingan final, sekolah ku menang melawan sekolah nya, aku melihat dia sangat sedih dan menangis. Aku akui permainan nya sangat bagus, dia bermain untuk posisi setter, dan toss yang diberikan itu sangat sempurna, rasanya aku ingin menjadikan nya setter ku. Aku kasihan, tapi aku tak bisa berbuat apa apa.

Sampai akhirnya, itu terus terjadi sampai aku lulus smp. Sekarang aku masuk sma shiratorizawa, dan kudengar dia masuk aoba johsai, sayang sekali padahal ku dengar dia juga mendapatkan undangan dari shiratorizawa, tapi dia menolaknya dan memilih aoba johsai.

Di sma, aku mempunyai teman, yaitu tendou, semi, ohira dan kawanishi. Mereka sering bertingkah aneh dan konyol, tapi walaupun begitu hanya mereka yang dekat dengan ku.

“Wakatoshi-kun, kenapa kau selalu memandang foto setter aoba johsai?” Tanya tendou yang tiba-tiba ada di kamar asrama ku.

“Astaga tendou, kenapa kau ada disini?” Aku terkejut.

“Aku sudah mengetuk, tapi kau tak dengar. Jadi kenapa kau selalu memandangi foto majalah setter aoba johsai?”

“Saya menyukainya.” Jawab ku tegas.

“Eh? Kau serius?”

“Saya serius.”

“Ya, kau tak pernah bercanda. Mau aku bantu?”

“Entahlah, dia sepertinya membenci saya.”

“Coba aja dulu, ajak ngobrol gitu. Tapi jangan bikin takut, muka mu harus senyum wakatoshi-kun.”

Aku berpikir, apakah wajahku semenyeramkan itu? Aku pikir tidak, wajahku memang seperti ini dari dulu. Setiap aku mendekati oikawa dan mencoba mengobrol dengan nya, dia terlihat marah dan tidak suka padaku, entah kenapa. Hari ini pun juga sama, ini tahun terakhir kami di sma, aku mengajaknya mengobrol setelah dia dan tim nya kalah melawan karasuno.

“Oikawa, harusnya kamu ke shiratorizawa, agar kemampuanmu tak terbuang sia sia.”

“Brisik, cuma mau ngomongin ini? Aku udah bosen ya ushiwaka, sampe kapanpun aku gabakal mengikuti mu. Bye.”

Oikawa terlihat marah ketika mengatakan itu, aku jadi tak enak, tapi bagaimana lagi.

“Kalo besok ga sibuk, bisa nonton pertandingan ku melawan karasuno?” Oikawa tak menjawab nya, akupun tak bisa berbuat apa-apa.

Keesokan harinya, aku melihat oikawa di kursi penonton bersama iwaizumi, entah dia mendengar perkataan ku kemarin atau memang hanya ingin datang menonton, tapi aku senang dia datang.

Namun, sayang sekali tim ku dikalahkan oleh karasuno, aku sedih tapi juga terkesan karena akhirnya ada yang mengalahkan ku, bukan aku sombong, tapi selama ini aku tak terkalahkan.

Ketika aku sedang menelpon ayahku, oikawa menghampiriku dengan wajah mengejek khas nya, aku merasa bahwa itu menggemaskan.

“Hei, ushiwaka. Sekarang kau mengerti kan? Rasanya dikalahkan. Cih, jangan sok kuat kau. Selamat atas kekalahan mu.”

Setelah mengatakan itu, dia pergi begitu saja. Aku hanya menggelengkan kepala, sifat oikawa itu membuat ku penasaran.

Setelahnya aku mendengar bahwa dia akan pergi ke Argentina, aku ingin mengucapkan salam selamat tinggal, namun iwaizumi bilang dia sibuk mempersiapkan berbagai hal, bahkan iwaizumi pun jarang bersama oikawa sekarang. Dan akhirnya sampai dia ke Argentina pun, aku tak menemui dia lagi.


Aku mengunjungi ayahku, di california, Amerika Serikat. Ayahku menjadi pelatih profesional untuk tim voli disana. Ketika aku ingin memasuki rumah ayahku, aku melihat seseorang yang famikiar untuk ku sedang berdiri di depan gerbang rumah ayahku.

“Hei, Who Are you?” Aku bertanya.

“Oh, sorry— Hah? Ushiwaka? Kau sedang apa disini?” Ucap orang itu kaget melihat ku.

“Oh, iwaizumi-san, kau sendiri sedang apa disini? Ini rumah ayah ku.” Jawab ku.

“Oh? Kau anaknya takashi utsui-san? Tapi marga kalian berbeda?”

“Karena ayah dan ibuku bercerai, aku pakai marga ibuku.”

“Oh, maaf. Jadi apakah ayahmu ada di rumah?”

“Sekarang tidak ada, dia sedang ada di gym sekarang. Mau ku antar atau tunggu saja?”

“Ah tidak usah, aku tau tau dimana gym nya, dan Oh, bisa kita berfoto? Untuk dikirim ke oikawa bahwa aku bertemu musuh bebuyutan nya.”

“Kau masih berhubungan baik dengan oikawa ya? Yasudah boleh.”

Akupun berfoto dengan iwaizumi-san, dan dia mengirim nya ke oikawa. Setelah itu aku meminta nomor oikawa pada iwaizumi-san, awalnya memang sulit karena oikawa berkali-kali memblokir nomornya, sehingga aku minta tolong kepada iwaizumi-san agar oikawa membuka blokir nya.

Setelah satu minggu, oikawa membuka blokir nya dan menelpon ku, aku terkejut, karena tak biasanya dia menelpon ku seperti ini. Setelah aku angkat, aku terkejut karena dia menangis. Dia bilang dia lelah, dia bilang dia ingin menyerah, kau mendengarkan semuanya, sampai akhirnya aku berniat untuk menemuinya, aku berangkat dari Jepang ke Argentina menggunakan pesawat pribadi milik ibuku.

Ketika aku tiba disana, keadaan oikawa sangat kacau, matanya sembab, diq langsung memeluk ku dan menangis. Sejak saat itu, hubungan ku dengan oikawa membaik, dan aku beranikan diri untuk menyatakan perasaan ku padanya. Dan syukurlah oikawa menerima ku.

Aku menemui orang tua oikawa, dan meminta restu nya, syukurlah lagi keluarga oikawa menerimaku. Bahkan takeru sering berlatih dengan ku. Begitu juga dengan keluarga ku, mereka senang aku menjalin hubungan dengan oikawa, nenek ku  berkata “oikawa-kun seperti penyegaran, aku suka melihatnya.”

Jadi begitulah kisahku untuk mendapatkan hati oikawa tooru. Aku berharap hubungan kami sampai pelaminan.


Tbc