Malam itu... . Cw// m/m, ushioi slight iwaoi, murder. Tw// blood . . Lanjutan dari “yang lama bersama, bukan berarti selamanya” ini dari pov nya iwaizumi. ...

Hari ini sama dengan hari-hari lainnya. Tidak ada yang menarik dan membosankan. Begitulah pikir iwaizumi begitu bangun dari tidurnya.

“Ma, mama masak apa?”

“Chicken katsu ni, bentar lagi matang ko. Tunggu saja. Oh iya, tadi pagi pulang belanja mama liat laki-laki kayanya seumuran kamu di rumah oikawa, kamu tau dia siapa?”

“Oh, pacarnya itu.” Iwaizumi menjawab dengan malas sambil makan keripik.

“Loh iya? Mama kira kamu sama oikawa pacaran haha kasian ditinggal.”

“Ma udahlah cepetan mana sini, laper ni.”

Mendengar mamanya bicara seperti itu, membuat iwaizumi makin kesal, pasalnya dia juga maunya oikawa menjadi kekasihnya, tapi apalah daya dia jika dibandingkan dengan ushijima bagaikan langit dan bumi. Beda kasta.

Sekarang pasti oikawa lagi kencan sama ushijima. Begitu pikir iwaizumi.

Setelah ujian selesai kemarin, iwaizumi hanya diam di rumah sambil bermain ps atau bantu-bantu mamanya beres-beres rumah. Dia belum memutuskan akan bekerja atau melanjutkan studi nya. Masa bodo, itu pikir nanti, sekarang nikmati dulu masa-masa pengangguran.

Ting..

Ponsel iwaizumi bunyi, menandakan ada pesan.

Begitu dilihat ternyata pesan dari oikawa yang sedang pamer boneka alien yang dibelikan ushijima.

Iwaizumi mendecih tanda tak suka. Kenapa harus dipamerin segala sih.  Gerutunya.

Toktoktok, suara pintu kamar iwaizumi diketuk. 

“Hajime, mama ke rumah nenek dulu ya. Mama nginep. Kamu kalo mau makan udah mama siapin tuh di meja makan, tinggal diangetin aja.”

“Iya ma hati-hati.” Jawab iwaizumi dati dalam kamar tanpa membuka pintu nya. Cah gendeng.

Malam pun tiba, sekitar pukul 9 malam oikawa pulang kerumah diantar ushijima menggunakan motor, iwaizumi melihat dari jendela kamarnya, oikawa nampak memeluk ushijima lama sekali padahal sepertinya mesin motor pun sudah mati.

Entah apa yang mereka bicarakan, iwaizumi tidak mendengarnya, tapi dari gelagat oikawa, sepertinya dia tidak ingin berpisah dengan ushijima. Muak. Muak. Muak itu yang dirasakan iwaizumi sampai dia menutup gorden jendela nya lagi dan membantingkan diri ke atas kasur.

Ketika sudah setengah tertidur, iwaizumi mendengar ponselnya berbunyi ada yang menelepon dia, dengan malas dia ambil ponsel nya di atas nakas. Ternyata oikawa yang menelpon.

“Iwa-chan, hihi untung belum tidur. Aku mau cerita. Tadi aku jalan sama toshi hehe. Terus dia beliin aku boneka alien yang aku kasih tau kamu itu tadi siang, terus tau gak?—

“Engga gua gatau, gamau tau. Lagian ini udah malem, sumpah lu ganggu.” Iwaizumi memotong perkataan oikawa.

“Ih iwachan dengerin dulu. Toshi orderin pizza, sini deh kerumah hehe aku juga lagi sendirian. Tadi toshi diajak nginep gamau.”

“Yauda tungguin gua.”

“Okee.”

Tuut.. Panggilan terputus.

Setelah panggilan terlutus, iwaizumi langsung lari ke rumah oikawa dan masuk tanpa izin. Mengingat mereka adalah tetangga dan sahabat, jadi sudah biasa.

“Woi senyum senyum, gila lu.” Iwaizumi tiba-tiba sudah di depan oikawa dan makan pizza nya.

“Ih, ini lagi chat sama toshi tau. Lagian ko aku gadenger Iwa-chan dateng?”

“Ya lu fokus banget, mana denger. Eh bentar deh. Ini apaan?” Iwaizumi berkata sambil memicingkan matanya menatap bekas kemerahan di leher oikawa.

Oikawa pun mengikuti pandangan iwaizumi. “Oh ini, kaya iwa-chan gatau aja ah. Udah gausah dibahas. Aku maluu.”

“Lu.. udah begituan sama ushijima?”

“Apaan si, aku bilang jangan dibahas.”

“JAWAB GUA.” Iwaizumi meninggikan suaranya, membuat oikawa tersentak.

“IYA, KENAPA?” Oikawa balas dengan meninggikan suaranya juga.

“Gua gatau ya oikawa, apa kurangnya gua buat lu sampe lu lebih milih jadiin ushijima pacar lu, orang yang jelas jelas lu benci banget. Apa oikawa?”

“Iwa-chan kenapa sih? Jangan gini ah.”

“Gua tanya, apa kurangnya gua buat lu? Gua lebih tau semua kebiasaan lu, gua tau makanan kesukaan lu, gua tau semuanya tentang lu. Asal lu tau, gua suka sama lu, gua cinta sama lu, gua ga rela lu dimilikin orang lain. Putusin ushijima ya oikawa, lu pacaran sama gua.”

Iwaizumi mendekat kepada oikawa, oikawa masih mencerna kata-kata iwaizumi, sampai ketika iwaizumi melumat kasar bibir oikawa. Oikawa memberontak dengan menendang kaki iwaizumi, iwaizumi pun jatuh.

Oikawa menahan tangis.

“Iwa-chan, aku anggep kamu kaya keluarga aku sendiri, aku gapernah ada rasa cinta ke kamu, aku milih ushiwaka karena aku sayang sama dia, iya dulu aku emang benci sama dia, tapi perasaan orang bisa berubah. Dan aku gabakal mutusin ushiwaka demi kamu. Kamu harusnya ngerti itu.”

Iwaizumi bangkit. “Ok, fine. Kalo lu gabisa milih gua, itu artinya lu juga gaboleh milih ushijima sialan itu.”

Entah bagaimana iwaizumi mendapatkan pisau, tapi yang jelas sekarang di tangan dia sudah memegang sebuah pisau mengarahkan nya ke oikawa dan jleb, pisau itu menembus perut oikawa.

“Akh, i-iwa ap-apa y-yang k-kamu la-ku-kan.”

Oikawa terjatuh sambil memegang perutnya, yang mengeluarkan banyak darah. Dia memilih tidak bergerak dan mengeratkan pegangan tangan nya pada perutnya.

Iwaizumi tertawa seperti orang gila, melihat oikawa tergeletak bersimbah darah.

“Gua bakal kasih tau pacar tercinta lu, kalo pacarnya yang manis ini udah gua bunuh HAHAHAHA. Selamat jalan oikawa, tenang disana.”

Tanpa iwaizumi tau, oikawa masih bernapas dan dapat mendengar dengan jelas suara tawa seperti orang gila dan apa yang dikatakan iwaizumi sebelum pergi entah kemana. Oikawa menitikan air mata, sahabat yang dia kira sejati, bahkan sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri, ternyata tega menikam dirinya seperti  seorang musuh bebuyutan.

Sedangkan iwaizumi pergi ke rumah ushijima mengendarai motornya di tengah malam yang sepi dan dingin seperti orang mabuk, dia masih dalam kontrol setan.

Sampai di depan gerbang rumah ushijima yang mewah, iwaizumi memencet bel tak sabaran, hingga muncul lah ushijima yang kaget melihat penampilan iwaizumi. Bertanya apa yang terjadi hingga dia membelalakkan mata ketika mendengar jawaban iwaizumi.

Iwaizumi menangis, dia sudah sadar dengan apa yang dilakukan nya kepada sahabatnya, oikawa.

Polisi datang memborgol tangan iwaizumi dan mengambil pisau di tangan iwaizumi sebagai barang bukti kejahatan. Iwaizumi pun dibawa ke kantor polisi untuk di introgasi.

Sepanjang perjalanan menuju kantor polisi, dia diam termenung bahkan ketika sampai di ruang introgasi pun dia masih bungkam seribu bahasa enggan menjawab pertanyaan penyidik, sampai akhirnya ushijimq datang dan membuat iwaizumi mengakui kejahatan nya yang di dengar oleh para penyidik di luar ruangan.

Iwaizumi berteriak dan mengacaukan ruang introgasi hingga polisi harus memborgol tangan dan kakinya. Iwaizumi pun di tempatkan di dalam sel khusus karena perilaku nya yang dapat membahayakan tahanan lain.

Sepanjang hari, iwaizumi menangis menyesali perbuatan nya terhadap oikawa sampai hari persidangan pun datang, dia melihat orang tuanya dan orang tua oikawa. Sepanjang persidangan dilakukan, iwaizumi diam tak bergeming dengan tatapan kosong. Jauh di dalam pikiran nya iwaizumi memikirkan mungkin oikawa sudah membenci dia, mungkin oikawa sudah tidak mau lagi bertemu dia. Oleh karena itu iwaizumi memilih diam dan menerima semuanya.

Mendengar orang tuanya menangis, membuat iwaizumi bersedih, namun dia tetaplah bersalah dan tidak menghiraukan tangisan orang tuanya. . .

Hari ini, tiba-tiba iwaizumi mendapatkan surat. Entah siapa yang sudi mengirimkan dia surat.

“Iwaizumi, ada surat untukmu.”

Iwaizumi menerima yang ternyata dari ushijima dan membuka surat tersebut yang ternyata berisi sebuah undangan pernikahan, tertulis ushijima wakatoshi dan oikawa tooru. Hati iwaizumi mencelos melihat nama oikawa tooru disana. Air mata kembali jatuh, sudah dipastikan oikawa membenci iwaizumi.

Selama dia di penjara, dia tidak pernah dapat kunjungan dari siapapun, bahkan dari orang tuanya, entah lah mungkin mereka membencinya.

Setelah mendapatkan undangan itu, iwaizumi sedikit tenang, itu artinya pilihan oikawa tepat, karena tidak memilih dirinya yang seorang penjahat. Hari-hari, iwaizumi menjadi seseorang yang baik, mulai berbaur dengan yang lain, mengajarkan voli kepada tahanan lain dan perbuatan baik lainnya.

Dia menyesali perbuatan nya, itulah kenyataan nya.

Semoga kamu bahagia disana oikawa. Maafkan aku.

-end-

Terima kasih.