Last but no least


Sekarang tooru dan toshi berada di depan sebuah ruangan yang akan digunakan untuk sidang skripsi nanti. Di seberang ada atsumu, yang sedang menunggu sakusa sidang dengan raut wajah yang tegang dan tak hentinya berdoa untuk kekasih nya.

Tooru menoleh kepada toshi, toshi terlihat biasa saja, tapi tooru tau jika toshi sedang tegang juga. Maka dia genggam tangan toshi dalam genggaman nya sembari berkata.

“Mas, jangan khawatir, mas pasti bisa. Aku doain mas disini, ada mama dan papa juga yang doain mas. Relax ya mas.”

“Makasih adek.” Toshi memeluk tooru dan menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher tooru, menghirup aroma tooru dalam dalam.

“Plis lah bos, jangan mesra-mesraan disini. Gue iritasi.” Keluh atsumu.

Tak lama, sakusa keluar ruangan sidang. Wajah nya pucat pasi. Atsumu langsung menghampiri kekasihnya itu.

“Gimana mi? Lulus kan? Kamu ko mukanya gitu? Omi jawab.” Atsumu bertanya kepada sakusa dengan panik. Tak lama sakusa langsung memeluk atsumu.

“Aku lulus, tapi aku haus sayang, ayo kita beli minum.” Jawab sakusa.

“Ih bikin kaget aja tau gak? Yaudah ayo beli minum. Bos semangat ya hehe. Oik, gue duluan.” Ucap atsumu lalu melenggang pergi dan menggandeng kekasih nya. Sedangkan toshi dan tooru geleng kepala melihat kelakuan aneh sepasang kekasih itu.

“Selanjutnya silahkan ushijima wakatoshi memasuki ruangan.” Itu suara pengumuman dari dalam ruangan sidang.

“Mas, udah dipanggil tuh, jangan tegang. Nih minum dulu, biar ga kaya sakusa.”

“Haha iya, makasih ya. Sakusa mah emang lebay dia, yaudah aku masuk, doain aku sayang.” Tooru mengangguk meyakinkan toshi, lalu toshi masuk ruangan.

Sementara itu, tooru melakukan apa yang dilakukan atsumu, berdoa untuk kekasihnya. Memohon kepada tuhan agar memberikan kemudahan untuk toshi.

Toshi sudah 1 jam berada di dalam ruangan sidang tersebut, belum ada tanda-tanda toshi akan keluar ruangan. Tooru makin cemas, karena dia tak tau ternyata selama ini sedang skripsi.

Setelah hampir 2 jam, akhirnya toshi keluar ruangan juga, tak seperti sakusa yang lemas. Justru toshi diantar dosen yang menyidang nya keluar ruangan. Tooru dapat mendengar percakapan mereka.

“Selamat, mas ushijima. Udah lulus nih sidang nya. Saya doakan semoga makin sukses ya mas.” Ucap dosen menyelamati toshi.

“Iya pak terima kasih, bapak juga semoga sehat selalu dan sukses selalu ya pak. Terima kasih juga sudah membimbing saya, mohon maaf juga jika saya ada salah sama bapak.” Toshi menyalimi dosen nya itu.

“Iya, sekali Selamat ya mas ushijima. Itu udah ditunggu temen nya tuh, kasian nunggu lama itu pasti.” Ucap pak dosen yang melihat tooru tengah berdiri kaku, lalu mengangguk sopan ketika bertatapan dengan dosen nya.

“Hehe Iya pak, kenalin ini pacar saya tooru namanya.”

“Salam kenal pak, saya tooru.”

“Walah pacar nya toh haha, yowes mas saya masuk dulu. Kalian sukses ya, semoga langgeng, kalo nikah jangan lupa undang saya loh haha.”

“Siap pak.” Jawab toshi.

Akhirnya pak dosen tadi masuk ruangan sidang lagi. Toshi memeluk tooru.

“Lega aku haha, makasih doanya.” “Ko mas ga kaya sakusa si? Malah dianter dosen segala pas keluar ruangan.” “Entah lah, malahan aku enjoy banget tadi di dalem, sempet ngobrol-ngobrol malahan.” “The power of ushijima haha.” “Kamu juga ushijima sayang. Udah ah ayo kita cari makan. Mau makan dimana?” “Ramen.” “Ok ayo.”

.

Mereka udah sampe di kedai ramen langganan tooru, lagi nunggu pesanan mereka datang.

“Adek, kan mas udah lulus nih. Kayanya mas bakal move ke apart deh. Adek ikut yuk.”

“Mama papa gimana? Terus hubungan kita?” Tanya tooru yang seperti nya sedikit sedih.

“Aku bakal bilang ke mereka tentang hubungan kita. Kalo mau tinggal sama mas, nanti mas bilangin juga ke mereka, kamu juga bisa pulang ke rumah setiap weekend. Gimana?”

“Aku mau, tapi mas bilang dulu ya sama mama papa.”

Toshi mengangguk, memegang tangan tooru lalu mencium nya.

“Jangan sedih, sayang.”

“Aku masih mau di rumah, tapi aku juga mau sama mas. Aku mau di sayang papa lebih banyak.”

“Mas kan juga sayang kamu.”

“Hmm.” Tooru menyandarkan kepalanya pada pundak toshi.

Pesanan mereka pun datang, dan mereka makan dengan hikmat dan damai.

Ketika mereka sampai di rumah, mama papa belum pulang kantor, hanya ada mereka berdua. Toshi memutuskan untuk membantu tooru mengerjakan laporan nya.

“Mas mau aku mau cerita.”

“Mas dengerin.”

“Sebenarnya, iwa-chan mantan aku.”

“Oh udah tau”

“Ko?”

“Ya aku cari tau lah sayang, kan kamu crush aku haha. Tapi mas gatau cerita lengkap nya sih.”

“Panjang sih ceritanya ...”

Sejenak tooru ingin bercerita, namun suara papanya terdengar.

“Anybody hooooommme?” Tooru langsung berlari ke sumber suara.

“Papaa mamaa selamat datang.” Tooru berlarian menuruni tangga.

“Jangan lari sayang. Nanti jatuh.”

“Kangen papa hehe.”

“Papa, tadi mas keren tau sidang nya pas keluar ruangan dianter dosen nya. Nanti aku begitu gk ya?”

“Anak papa kan pintar, pasti kamu juga begitu nanti. Udah makan siang belum?”

“Udah tadi sama mas beli ramen.”

“Jangan mie terus dong, ga sehat.”

“Hmm iya deh, sekali doang ko tadi lagi kepengen.”

Tooru memang sudah akrab banget sama papa, entah karena emang dia merindukan sosok ayah dalam hidupnya atau memang karena papa sangat humble.

Sedangkan mama lagi siapin makanan di dapur, toshi berjalan menghampiri papa dan tooru.

“Asik banget ngobrol nya, pasti ngomongin aku kan?”

“Iya.” Jawab papa, toshi ngelus dada.

“Sabar punya bapak aneh.”

Terus mereka ngobrol-ngobrol ringan, toshi ceritain sidang nya dia, tooru ceritain magang nya dia. Mama kadang menimpali dari dapur.

Setelah 1 jam berlalu, makanan siap tersaji di meja makan. Mereka lalu makan dengan hikmad dan tenang.

“Pa ma, aku mau ngomong.” Toshi memulai, tooru panas dingin.

“Ngomong apa mas?”

“Aku rencananya mau pindah ke apart yang lebih deket kantor, dan kalo mama papa izinin ... aku mau bawa tooru juga.” Ucap toshi, takut tapi tetep percaya diri.

“Kenapa bawa tooru?”

“Karena sebenarnya kami pacaran ma pa. Maaf.” Tooru berucap.

“You don't have to say sorry. Sejak kapan?” Ucapan papa terasa mengintimidasi, suasana jadi mencekam.

“Aku naksir tooru udah lama, sejak tooru maba. Tapi kami mulai pacaran 1 minggu yang lalu.” Jawab toshi.

“Tooru, you love him?” Tanya papa pada tooru.

“Yes.” Tooru menjawab sambil menunduk.

Papa melirik mama, lalu mama menganggukan kepalanya sambil mengelus lengan papa.

“Toshi, kamu harus janji sama papa. Jangan sakiti tooru, kalo berani, kamu abis sama papa.”

“I promise dad, mom. I promise, I'll make tooru happy.”

“Tapi harus janji, bakal sering pulang ke rumah.” Ucap mama.

“Setiap weekend kami akan pulang. Terima kasih karena sudah merestui hubungan kita, terima kasih tak memisahkan kita. Aku janji gabakal bikin tooru sedih, aku janji.” Ucap toshi, menggenggam tangan tooru yang ada di sebelah nya.

3 hari kemudian, toshi dan tooru pindah ke apartmen toshi, diantar mama dan papa. Sekarang tinggal mereka sendiri yang menentukan kelanjutan hubungan mereka. Pada akhirnya orang tua hanya bisa mendukung sang anak, dan mengarahkan agar tak keliru. Tinggal sang anak lah, yang menjalani nya dengan baik atau tidak kehidupan mereka.

Sekarang tooru dan toshi berada di depan sebuah ruangan yang akan digunakan untuk sidang skripsi nanti. Di seberang ada atsumu, yang sedang menunggu sakusa sidang dengan raut wajah yang tegang dan tak hentinya berdoa untuk kekasih nya.

Tooru menoleh kepada toshi, toshi terlihat biasa saja, tapi tooru tau jika toshi sedang tegang juga. Maka dia genggam tangan toshi dalam genggaman nya sembari berkata.

“Mas, jangan khawatir, mas pasti bisa. Aku doain mas disini, ada mama dan papa juga yang doain mas. Relax ya mas.”

“Makasih adek.” Toshi memeluk tooru dan menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher tooru, menghirup aroma tooru dalam dalam.

“Plis lah bos, jangan mesra-mesraan disini. Gue iritasi.” Keluh atsumu.

Tak lama, sakusa keluar ruangan sidang. Wajah nya pucat pasi. Atsumu langsung menghampiri kekasihnya itu.

“Gimana mi? Lulus kan? Kamu ko mukanya gitu? Omi jawab.” Atsumu bertanya kepada sakusa dengan panik. Tak lama sakusa langsung memeluk atsumu.

“Aku lulus, tapi aku haus sayang, ayo kita beli minum.” Jawab sakusa.

“Ih bikin kaget aja tau gak? Yaudah ayo beli minum. Bos semangat ya hehe. Oik, gue duluan.” Ucap atsumu lalu melenggang pergi dan menggandeng kekasih nya. Sedangkan toshi dan tooru geleng kepala melihat kelakuan aneh sepasang kekasih itu.

“Selanjutnya silahkan ushijima wakatoshi memasuki ruangan.” Itu suara pengumuman dari dalam ruangan sidang.

“Mas, udah dipanggil tuh, jangan tegang. Nih minum dulu, biar ga kaya sakusa.”

“Haha iya, makasih ya. Sakusa mah emang lebay dia, yaudah aku masuk, doain aku sayang.” Tooru mengangguk meyakinkan toshi, lalu toshi masuk ruangan.

Sementara itu, tooru melakukan apa yang dilakukan atsumu, berdoa untuk kekasihnya. Memohon kepada tuhan agar memberikan kemudahan untuk toshi.

Toshi sudah 1 jam berada di dalam ruangan sidang tersebut, belum ada tanda-tanda toshi akan keluar ruangan. Tooru makin cemas, karena dia tak tau ternyata selama ini sedang skripsi.

Setelah hampir 2 jam, akhirnya toshi keluar ruangan juga, tak seperti sakusa yang lemas. Justru toshi diantar dosen yang menyidang nya keluar ruangan. Tooru dapat mendengar percakapan mereka.

“Selamat, mas ushijima. Udah lulus nih sidang nya. Saya doakan semoga makin sukses ya mas.” Ucap dosen menyelamati toshi.

“Iya pak terima kasih, bapak juga semoga sehat selalu dan sukses selalu ya pak. Terima kasih juga sudah membimbing saya, mohon maaf juga jika saya ada salah sama bapak.” Toshi menyalimi dosen nya itu.

“Iya, sekali Selamat ya mas ushijima. Itu udah ditunggu temen nya tuh, kasian nunggu lama itu pasti.” Ucap pak dosen yang melihat tooru tengah berdiri kaku, lalu mengangguk sopan ketika bertatapan dengan dosen nya.

“Hehe Iya pak, kenalin ini pacar saya tooru namanya.”

“Salam kenal pak, saya tooru.”

“Walah pacar nya toh haha, yowes mas saya masuk dulu. Kalian sukses ya, semoga langgeng, kalo nikah jangan lupa undang saya loh haha.”

“Siap pak.” Jawab toshi.

Akhirnya pak dosen tadi masuk ruangan sidang lagi. Toshi memeluk tooru.

“Lega aku haha, makasih doanya.” “Ko mas ga kaya sakusa si? Malah dianter dosen segala pas keluar ruangan.” “Entah lah, malahan aku enjoy banget tadi di dalem, sempet ngobrol-ngobrol malahan.” “The power of ushijima haha.” “Kamu juga ushijima sayang. Udah ah ayo kita cari makan. Mau makan dimana?” “Ramen.” “Ok ayo.”

.

Mereka udah sampe di kedai ramen langganan tooru, lagi nunggu pesanan mereka datang.

“Adek, kan mas udah lulus nih. Kayanya mas bakal move ke apart deh. Adek ikut yuk.”

“Mama papa gimana? Terus hubungan kita?” Tanya tooru yang seperti nya sedikit sedih.

“Aku bakal bilang ke mereka tentang hubungan kita. Kalo mau tinggal sama mas, nanti mas bilangin juga ke mereka, kamu juga bisa pulang ke rumah setiap weekend. Gimana?”

“Aku mau, tapi mas bilang dulu ya sama mama papa.”

Toshi mengangguk, memegang tangan tooru lalu mencium nya.

“Jangan sedih, sayang.”

“Aku masih mau di rumah, tapi aku juga mau sama mas. Aku mau di sayang papa lebih banyak.”

“Mas kan juga sayang kamu.”

“Hmm.” Tooru menyandarkan kepalanya pada pundak toshi.

Pesanan mereka pun datang, dan mereka makan dengan hikmat dan damai.

Ketika mereka sampai di rumah, mama papa belum pulang kantor, hanya ada mereka berdua. Toshi memutuskan untuk membantu tooru mengerjakan laporan nya.

“Mas mau aku mau cerita.”

“Mas dengerin.”

“Sebenarnya, iwa-chan mantan aku.”

“Oh udah tau”

“Ko?”

“Ya aku cari tau lah sayang, kan kamu crush aku haha. Tapi mas gatau cerita lengkap nya sih.”

“Panjang sih ceritanya ...”

Sejenak tooru ingin bercerita, namun suara papanya terdengar.

“Anybody hooooommme?” Tooru langsung berlari ke sumber suara.

“Papaa mamaa selamat datang.” Tooru berlarian menuruni tangga.

“Jangan lari sayang. Nanti jatuh.”

“Kangen papa hehe.”

“Papa, tadi mas keren tau sidang nya pas keluar ruangan dianter dosen nya. Nanti aku begitu gk ya?”

“Anak papa kan pintar, pasti kamu juga begitu nanti. Udah makan siang belum?”

“Udah tadi sama mas beli ramen.”

“Jangan mie terus dong, ga sehat.”

“Hmm iya deh, sekali doang ko tadi lagi kepengen.”

Tooru memang sudah akrab banget sama papa, entah karena emang dia merindukan sosok ayah dalam hidupnya atau memang karena papa sangat humble.

Sedangkan mama lagi siapin makanan di dapur, toshi berjalan menghampiri papa dan tooru.

“Asik banget ngobrol nya, pasti ngomongin aku kan?”

“Iya.” Jawab papa, toshi ngelus dada.

“Sabar punya bapak aneh.”

Terus mereka ngobrol-ngobrol ringan, toshi ceritain sidang nya dia, tooru ceritain magang nya dia. Mama kadang menimpali dari dapur.

Setelah 1 jam berlalu, makanan siap tersaji di meja makan. Mereka lalu makan dengan hikmad dan tenang.

“Pa ma, aku mau ngomong.” Toshi memulai, tooru panas dingin.

“Ngomong apa mas?”

“Aku rencananya mau pindah ke apart yang lebih deket kantor, dan kalo mama papa izinin ... aku mau bawa tooru juga.” Ucap toshi, takut tapi tetep percaya diri.

“Kenapa bawa tooru?”

“Karena sebenarnya kami pacaran ma pa. Maaf.” Tooru berucap.

“You don't have to say sorry. Sejak kapan?” Ucapan papa terasa mengintimidasi, suasana jadi mencekam.

“Aku naksir tooru udah lama, sejak tooru maba. Tapi kami mulai pacaran 1 minggu yang lalu.” Jawab toshi.

“Tooru, you love him?” Tanya papa pada tooru.

“Yes.” Tooru menjawab sambil menunduk.

Papa melirik mama, lalu mama menganggukan kepalanya sambil mengelus lengan papa.

“Toshi, kamu harus janji sama papa. Jangan sakiti tooru, kalo berani, kamu abis sama papa.”

“I promise dad, mom. I promise, I'll make tooru happy.”

“Tapi harus janji, bakal sering pulang ke rumah.” Ucap mama.

“Setiap weekend kami akan pulang. Terima kasih karena sudah merestui hubungan kita, terima kasih tak memisahkan kita. Aku janji gabakal bikin tooru sedih, aku janji.” Ucap toshi, menggenggam tangan tooru yang ada di sebelah nya.

3 hari kemudian, toshi dan tooru pindah ke apartmen toshi, diantar mama dan papa. Sekarang tinggal mereka sendiri yang menentukan kelanjutan hubungan mereka. Pada akhirnya orang tua hanya bisa mendukung sang anak, dan mengarahkan agar tak keliru. Tinggal sang anak lah, yang menjalani nya dengan baik atau tidak kehidupan mereka.